Pembacaan Alkitab: Matius 6:25-34
25
"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa
yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan
apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan
dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
26 Pandanglah burung-burung di
langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam
lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh
melebihi burung-burung itu?
27 Siapakah di antara kamu
yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
28 Dan mengapa kamu kuatir
akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja
dan tanpa memintal,
29 namun Aku berkata kepadamu:
Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari
bunga itu.
30 Jadi jika demikian Allah
mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api,
tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
31 Sebab itu janganlah kamu
kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum?
Apakah yang akan kami pakai?
32 Semua itu dicari bangsa-bangsa
yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu
memerlukan semuanya itu.
33 Tetapi carilah dahulu
Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
34 Sebab itu janganlah kamu
kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri.
Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
“MASA DEPAN PASTI”
Mazmur 68:6
Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para
janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus.
RENUNGAN
Ayah meninggal
pada 1989. Tiba-tiba duniaku menjadi kelam. Aku tidak pernah membayangkan bahwa
ayah akan meninggalkanku secepat itu. Saat itu, aku dan adik perempuanku masih
kuliah dan ibu tidak pernah bekerja di luar rumah. Ayah telah menjadi
pembimbing kami – pemimpin yang tegas, protektif, sabar dan penuh kelembutan.
Akibat kehilangan itu, kami mulai kehilangan harapan. Kami mempunyai banyak
pertanyaan: Bagaimana kami dapat memenuhi kebutuhan suhari-hari? Dapatkah aku
dan adik perempuanku menyelesaikan kuliah? Dapatkah ibu memberikan apa yang
kami perlukan?
Lalu, sebuah ayat Alkitab melintas di
benakku. Aku menyadari bahwa kami bisa meresa aman dengan menyerahkan hidup
kami kepada Allah. saat melakukannya, Allah menolong kami. Paman membiayai
sekolah kami hingga kami lulus. Ibu bisa menjual kue, roti, dan makanan lain
kepada tetangga dan kerabat.
Dua puluh tahun telah berlalu, dan kami
semua belajar untuk menyerahkan hidup kepada Allah. Meskipun ayah tidak lagi
bersama kami sebagai pembimbing dan pelindung, Allah telah menjadi Bapa kami.
Kami tidak harus khawatir akan masa depan; itu semua ada di tangan-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar