“MASA DEPAN PASTI”

Posted on
  • Jumat, 27 Juli 2012
  • by
  • Unknown
  • in

  • Hal kekuatiran

    Pembacaan Alkitab: Matius 6:25-34


        25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
         26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
         27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
         28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,
         29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
         30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
         31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
         32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
         33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
         34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

    “MASA DEPAN PASTI

    Mazmur 68:6
    Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus.

    RENUNGAN

           Ayah meninggal pada 1989. Tiba-tiba duniaku menjadi kelam. Aku tidak pernah membayangkan bahwa ayah akan meninggalkanku secepat itu. Saat itu, aku dan adik perempuanku masih kuliah dan ibu tidak pernah bekerja di luar rumah. Ayah telah menjadi pembimbing kami – pemimpin yang tegas, protektif, sabar dan penuh kelembutan. Akibat kehilangan itu, kami mulai kehilangan harapan. Kami mempunyai banyak pertanyaan: Bagaimana kami dapat memenuhi kebutuhan suhari-hari? Dapatkah aku dan adik perempuanku menyelesaikan kuliah? Dapatkah ibu memberikan apa yang kami perlukan?
           Lalu, sebuah ayat Alkitab melintas di benakku. Aku menyadari bahwa kami bisa meresa aman dengan menyerahkan hidup kami kepada Allah. saat melakukannya, Allah menolong kami. Paman membiayai sekolah kami hingga kami lulus. Ibu bisa menjual kue, roti, dan makanan lain kepada tetangga dan kerabat.
           Dua puluh tahun telah berlalu, dan kami semua belajar untuk menyerahkan hidup kepada Allah. Meskipun ayah tidak lagi bersama kami sebagai pembimbing dan pelindung, Allah telah menjadi Bapa kami. Kami tidak harus khawatir akan masa depan; itu semua ada di tangan-Nya.   
                   

    0 komentar:

    Posting Komentar

     
    Copyright (c) 2012 Modified By: Yunus